Selasa, 11 Juni 2013

Rujak Soto (Makanan Khas Kota Gandrung)

Kuliner di Banyuwangi yang cukup kondang adalah Rujak Soto ...

Rujak Soto ???

Mungkin pertanyaan itulah yang sering dilontarkan bagi mereka yang belum pernah menncobanya ...

Atau ...

Pertanyaan lain yang muncul adalah makanan apa ini?
Soto? Atau Rujak?

Dua jenis masakan yang jelas berbeda dan nampak aneh jika digabungkan
Tapi, dijamin deh kalau sudah mencobanya pasti ketagihan ....
Karena perpaduan antara bumbu rujak dengan kuah soto yang  membuat kuliner satu ini terasa luar biasa shob, sampai-sampai membuat para penikmatnya pengen lagi dan lagi ...

Nih shob, beberapa komposisi yang disajikan pada kuliner Rujak Soto ..
Bumbu rujaknya : gula merah, kacang goreng, garam dan cabe rawit, dan sesuai "adat" rujak Jawa Timur, bumbu petis tentu jadi bahan utama rujak ini, semua diulek menjadi satu.
Kemudian lontong, timun, tahu, tempe, kangkung dan tauge disiapkan di dalam mangkok dan dituangkan bumbu rujak tadi diatasnya.
Selesai?
Tentu belum, kalau selesai sampai disini namanya hanya "rujak"
Campuran yang ada di dalam Mangkok tadi kemudian diberi (dituangkan) kuah soto diatasnya ...

Dengan kuah soto yang cukup light dengan potongan ceker dan kepala ayam atau biasanya juga babat yang cukup ramai sebagai pelengkapnya, Kerupuk  hadir sebagai penyempurna hidangan ini.

Rasanya?
Hmmm, ternyata paduannya ciamik, rasa rujak petis yang nendang di"halus"kan dengan kuah soto yang lembut.
Mak Nyuuuuuuussssssssssss ....

Dijamin Ketagihan !!!


#I Love Banyuwangi

Senin, 10 Juni 2013

Kesenian di Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya JawaBaliMaduraMelayu, Eropa, Tionghoa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di Pulau Jawa. 

Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain :

Tari Gandrung, atau biasa disebut saja dengan Gandrung Banyuwangi adalah salah satu tarian tradisional Indonesia yang berasal dari Banyuwangi. Oleh karena tarian ini pulalah, Banyuwangi juga di juluki sebagai Kota Gandrung, dan terdapat beberapa patung penari gandrung di setiap sudut kota.
Menurut asal muasalnya, tarian ini berkisah tentang terpesonanya masyarakan Blambangan kepada Dewi padi, Dewi Sri yang membawa kesejahteraan bagi rakyat. Tarian ini di bawakan sebagai ucapan syukur masyarakan pasca panen dan dibawakan dengan iringan instrumen tradisional khas Jawa dan Bali.


Tari Barong, Ada yang mengisahkan, barong bermula dari pertarungan dua bangsawan sakti dari Bali dan Blambangan. Mereka, Minak Bedewang dan Alit Sawung. Tanpa penyebab jelas, keduanya terlibat pertarungan hebat. Mereka bertarung tanpa henti hingga jangka waktu lama. Tak satu pun yang terluka. Masing-masing menggunakan wujud sakti yang mengerikan, seekor harimau besar dan burung garuda. Dua perwujudan ini bertarung dahsyat. Suaranya menggelegar persis halilintar. Meski saling serang, kedua kesatria itu tetap sama kuatnya. Hingga munculah suara aneh dari langit. Suara tanpa rupa itu mengingatkan agar menghentikan pertempuran. Keduanya diminta berdamai. Akhirnya, kedua wujud menyeramkan itu bersatu. Sejak itu, masyarakat Using memiliki wujud barong sebagai simbol kebersamaan. Diyakini, barong bisa mengusir pengaruh jahat,penyakit dan segala bahaya. Hingga kini, tarian Barong dan barong sangat disakralkan. Sebelum ditarikan, barong wajib diberi ritual khusus. Jika tidak, akan berbahaya bagi penari dan warga sekitar. Barong juga tidak sembarangan ditarikan. Ditarikan terutama untuk ider bumi atau selamatan desa. Nilai mistis barong tetap dijaga. Mereka yang berhak menari barong adalah orang pilihan alam. http://id.wikipedia.org/wiki/Barong_Kemiren


Satu lagi kesenian yang menjadi ikon Banyuwangi yaitu Janger. Siapapun yang melihat dramatari tradisional tersebut akan terhenyak. Khazanah Banyuwangi  ini merupakan salah satu kesenian hibrida, dimana unsur Jawa dan Bali diramu dalam sebuah kemasan seni pertunjukan dimana gamelan, kostum dan gerak tarinya mengusung warna  Bali namun lakon cerita dan bahasa pengantarnya  menggunakan bahasa Jawa Mataraman  sebagaimana yang digunakan ketoprak. Namun pada saat lawakan menggunakan bahasa Using.




Jaranan Buto, Keberadaan kesenian Jaranan Buto di daerah Banyuwangi, tidak terlepas dengan cerita rakyat yang melegenda yaitu Minak Jinggo. Minak Jinggo seorang raja kerajaan Blambangan, Raja Menak Jinggo berperawakan besar kekar bagaikan raksasa atau ”buto”.

Kebo-keboan, Meski zaman kian beralih, namun setiap tahun masyarakat Banyuwangi berupaya keras mempertahankan kemurnian dan kesakralan kebudayaan mereka. Konon, tradisi ini dimulai sejak abad-18, ketika itu masyarakat Desa Alasmalang dilanda musibah wabah penyakit berkepanjangan yang disebut brindeng atau pagebluk. Peyakit ini tidak ditemukan obatnya, bagi yang terkena pada pagi hari, maka sore harinya akan mati, jika malam kena, paginya akan mati, begitulah seterusnya.





Seblang adalah sebuat ritual tradisional khas suku Osing. Untuk lebih mudahnya biasa di sebut saja sebagai tarian Seblang, karena di beberapa aspek nya memperlihatkan tari-tarian untuk mengucap syukur dan tolak bala agar desa tetap aman dan tentram.
Ritual Seblang hanya akan dijumpai di dua desa di Banyuwangi yaitu desa Bakungan dan Olihsari, yang keduanya masuk dalam kecamatan Glagah.
Pelaksanaan tari Seblang berbeda antara desa Bakungan dan desa Olihsari. Untuk masyarakat di desa Olihsari diselenggarakan saat satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.

Hadrah Kuntulan, Kesenian hadrah kuntulan pun tidak kalah dengan tarian gandrung yang sudah terkenal di masyarakat luas dan tarian hadrah kuntulan pun sudah mencapai Prestasi dan Hadrah Kuntulan telah mengharumkan Banyuwangi dan propinsi Jawa Timur. Tercatat dalam pentas kesenian nasional Hadrah Kuntulan pernah menjadi pemenang dalam lomba Festival Nasional di Masjid Istiqlal Jakarta.
Kesenian hadrah Kuntulan juga sudah menancapkan kukunya di tingkat Internasional. Beberapa kali kesenian ini tampil di luar negeri. Beberapa waktu yang lalu, Hadrah Kuntulan tampil di Jepang dengan membawakan tembang rodad syi’iran, rodad tontonan dan berkolaborasi dengan Barongan.

Dan masih banyak lagi yang lainnya ...
Diantaranya,

Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.