Kabupaten Banyuwangi selain menjadi perlintasan dari Jawa ke Bali, juga merupakan daerah pertemuan berbagai jenis kebudayaan dari berbagai wilayah. Budaya masyarakat Banyuwangi diwarnai oleh budaya Jawa, Bali, Madura, Melayu, Eropa, Tionghoa dan budaya lokal yang saling isi mengisi dan akhirnya menjadi tipikal yang tidak ditemui di wilayah manapun di Pulau Jawa.
Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain :
Tari Gandrung, atau
biasa disebut saja dengan Gandrung Banyuwangi adalah salah satu tarian
tradisional Indonesia yang berasal dari Banyuwangi. Oleh karena tarian ini
pulalah, Banyuwangi juga di juluki sebagai Kota Gandrung, dan terdapat beberapa
patung penari gandrung di setiap sudut kota.
Menurut asal muasalnya, tarian ini berkisah tentang
terpesonanya masyarakan Blambangan kepada Dewi padi, Dewi Sri yang membawa
kesejahteraan bagi rakyat. Tarian ini di bawakan sebagai ucapan syukur masyarakan pasca
panen dan dibawakan dengan iringan instrumen tradisional khas Jawa dan Bali.

Satu lagi kesenian yang menjadi ikon Banyuwangi yaitu Janger. Siapapun yang melihat dramatari tradisional tersebut akan terhenyak. Khazanah Banyuwangi ini merupakan salah satu kesenian hibrida, dimana unsur Jawa dan Bali diramu dalam sebuah kemasan seni pertunjukan dimana gamelan, kostum dan gerak tarinya mengusung warna Bali namun lakon cerita dan bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Jawa Mataraman sebagaimana yang digunakan ketoprak. Namun pada saat lawakan menggunakan bahasa Using.

Kebo-keboan, Meski zaman kian beralih, namun setiap tahun masyarakat Banyuwangi berupaya keras mempertahankan kemurnian dan kesakralan kebudayaan mereka. Konon, tradisi ini dimulai sejak abad-18, ketika itu masyarakat Desa Alasmalang dilanda musibah wabah penyakit berkepanjangan yang disebut brindeng atau pagebluk. Peyakit ini tidak ditemukan obatnya, bagi yang terkena pada pagi hari, maka sore harinya akan mati, jika malam kena, paginya akan mati, begitulah seterusnya.

Ritual Seblang hanya akan dijumpai di dua desa di Banyuwangi yaitu desa Bakungan dan Olihsari, yang keduanya masuk dalam kecamatan Glagah.
Pelaksanaan tari Seblang berbeda antara desa Bakungan dan desa Olihsari. Untuk masyarakat di desa Olihsari diselenggarakan saat satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha.
Hadrah Kuntulan, Kesenian hadrah kuntulan pun tidak kalah dengan tarian gandrung yang sudah terkenal di masyarakat luas dan tarian hadrah kuntulan pun sudah mencapai Prestasi dan Hadrah Kuntulan telah mengharumkan Banyuwangi dan propinsi Jawa Timur. Tercatat dalam pentas kesenian nasional Hadrah Kuntulan pernah menjadi pemenang dalam lomba Festival Nasional di Masjid Istiqlal Jakarta.
Kesenian hadrah Kuntulan juga sudah menancapkan kukunya di tingkat Internasional. Beberapa kali kesenian ini tampil di luar negeri. Beberapa waktu yang lalu, Hadrah Kuntulan tampil di Jepang dengan membawakan tembang rodad syi’iran, rodad tontonan dan berkolaborasi dengan Barongan.
Dan masih banyak lagi yang lainnya ...
Diantaranya,
Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar