John Watson 1878-1958; adalah
seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan
ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati
dan diukur.[1]
Teori Watson
secara umum sama dengan teori Thorndike, tetapi ada perbedaan yang cukup
signifikan yaitu pengakuan adanya terhadap stimulus dan respon yang dapat
diamati dan dikukur.
Watson
adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike.
Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observabel) dan dapat diukur.
Dengan kata lain, walaupun ia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses
belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu
diperhitungkan. Ia tetep mengakui behwa perubahan-perubahan mental dalam benak
siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang
telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.[2]
Pandangan utama Watson:
a.
Psikologi
mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dgn stimulus
adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh.
Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai
dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran
kelenjar. Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned
b.
Tidak
mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku. Perilaku
manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting (lihat
pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p.
173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia
ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
c.
Dalam
kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja. Baginya, mind mungkin saja
ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan dijelaskan melalui
pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara total.
Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari
consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak
dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang
berbeda-beda. [Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak
jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind.
Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun
dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
d.
Sejalan
dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan
metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi adalah observation,
conditioning, testing, dan verbal reports.
e.
Secara
bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari karakteristiknya sebagai refleks
yang unlearned, hanya milik anak-anak yang tergantikan oleh habits, dan
akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple reflex seperti bersin, merangkak,
dan lain-lain.
f. Sebaliknya, konsep learning adalah
sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme
lainnya. Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang
ditentukan oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung
conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits
adalah proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan
phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya
banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
g.
Pandangannya
tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William James. Menurut
Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu
digunakan/dilakukan. Dengan kata lain, sejauh smana sesuatu dijadikan habits.
Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
h.
Proses
thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal talking. Artinya
proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara dan dapat disamakan
dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui
gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.
i.
Sumbangan
utama Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan
ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adlaah ilmu yang bertujuan
meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan
diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran,
Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang
membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol[3].
Teori Belajarnya bagus
BalasHapusmarka jalan warna warni
epoxy lantai rumah
floor hardener cair
cat lapangan voli
kontruksi baja wf