Senin, 13 Mei 2013

Metafisika


Cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia adalah Metafisika Dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Apakah sumber dari suatu realitas ? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah mitologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelaspemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemingkinan.
Penggunaan istilah “metafisika” telah berkembang untuk merujuk pada “hal-hal yang diluar dunia fisik”. “ Beberapa tafsiran metafisika, diantaranya menurut M.J. Langeveld (tt; 132) dengan mengutif dari apa yang dikatakan oleh Nicolai Hartman mengartikan bahwa metafisika adalah tempat khusus yang diperuntukan bagi objek-objek transenden,daerah spekulatif bagi tanggapan-tanggapan tentang Tuhan, kebebasan dan jiwa, juga sebagai pangkalan bagi system-sistem spekulatif, teori-teori dan tanggapan dunia terhadap sesuatu yang eksistensinya di luar dimensi yang fisik - empirik.
Manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supranatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme. Selain faham diatas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme.paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan diketahui. Orang orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu. Dari paham naturalism ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu yang menggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460 – 370 SM). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masih saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata berbeda halnya dengan telah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran tang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni faham monoistik dan dualistic. Sudah merupakan aksioma bahwa proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat. Keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. Perndapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistic. Dalam metafisika, penafsiran dualistic membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara subtsansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh fikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah fikiran, sebab dengan berfikirlah maka sesuatu itu lantas ada.
Metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.
Bebrapa tafsiran maetafisika dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika.
Objek metafisika menurut aristoteles ada dua yaktni: ada sebagai yang ada dan ada sebagai yang illahi
Metafisika terbagi menjadi dua jenis, pertama metafisika generalis yakni ilmu yang membahas mengenai yang ada atau pengada atau yang lebih di kenal sebagai ontology, dan kedua metafisia spesialis yang terbagi menjadi tiga bagian besar:
1) Antropologi yaitu ilmu yang menelaah mengenai hakikat manusia, tentang diri dan kedirian, tentang hubungan jiwa dan raga.
2) kosmologi yaitu ilmu yang membahas tentang asal-usul alam semesta dan hakikat sebenarnya.
3) teologi yaitu ilmu yang membahas mengenai tuhan secara rasional.
sumbangan metafisika terhadap ilmu pengetahuan tidak dapat disangkal lagi adalah pada fundamental ontologisnya, sumbangan metafisika pada ilmu pengetahuan adalah persinggungan antara metafisika/ontology dengan epistimologi. dalam metafisika yagn meplertanyakan apakah hakikat terdalam dari kenyataan? yagn diantaranya dijawab bahwa hakikat terdaam dari kenyataan adalah materi, maka munculah paham materialism.
Manfaat Metafisika bagi Pengembangan Ilmu :
1. Kontribusi metafisika terletak pada awal terbentuknya paradigm ilmiah, ketika kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka ia harus dipasok dari luar, antara lain : metafisika, sains yang lain, kejadian personal dan historis. (Kuhn)
2. Metafisiuka mengajarkan cara berfikir yang serius, terutama dalam menjawab promlem yang bersifat enigmatif (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam.(Kennick)
3. Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu terbuka untuk temuan dan kreativitas baru.(Kuhn)
4. Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream seperti : Monisme, Dualisme, Pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa lahirnya percabangan ilmu (Kennick)
5. Metafisika menuntut orisinalitas berfikir, karena setiap metafisikus menyodorkan cara berfikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminology filsafat yang khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk pengembangan ilmu dalamrangka menerapkan heuristika.(Van Peursen)
6. Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama (First Principle) sebagai kebenaran yang paling akhir. Kepastian ilmiah dalam metode skeptic Descartes hanya dapat diperoleh jika kita menggunakan metode deduksi yang bertitik tolak dari premis yang paling kuat (Cogito ergo sum) Skeptis-Metodis Rene Descartes
7. Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir pengada, artinya manusia memiliki kebebasan untuk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggungjawab bagi diri, sesama, dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di satu pihak dan tanggungjawab di pihak lain merupakan sebuah kontribusi penting bagi pengembangan ilmu yang sarat dengan nilai (not value-free). (Bakker)
8. Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada yang satu dengan pengada yang lain. Aplikasi dalam ilmu berupa komunikasi antar ilmuwan mutlak dibutuhkan, tidak hanya antar ilmuwan sejenis, tetepi juga antar disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas keilmuwan.(Bakker)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar