Cabang
filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia
adalah Metafisika Dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau
realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Apakah
sumber dari suatu realitas ? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam
semesta?
Cabang
utama metafisika adalah mitologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di
alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya
memperjelaspemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan,
kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemingkinan.
Penggunaan
istilah “metafisika” telah berkembang untuk merujuk pada “hal-hal yang diluar
dunia fisik”. “ Beberapa tafsiran metafisika, diantaranya menurut M.J.
Langeveld (tt; 132) dengan mengutif dari apa yang dikatakan oleh Nicolai
Hartman mengartikan bahwa metafisika adalah tempat khusus yang diperuntukan bagi
objek-objek transenden,daerah spekulatif bagi tanggapan-tanggapan tentang
Tuhan, kebebasan dan jiwa, juga sebagai pangkalan bagi system-sistem
spekulatif, teori-teori dan tanggapan dunia terhadap sesuatu yang eksistensinya
di luar dimensi yang fisik - empirik.
Manusia
mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama
yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal
gaib (supranatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa
dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran
supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain faham diatas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. Paham ini
amat bertentangan dengan paham supernaturalisme.paham naturalisme menganggap
bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib,
melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat
dipelajari dan diketahui. Orang orang yang menganut paham naturalisme ini
beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah
logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat
gaib itu. Dari paham naturalism ini juga muncul paham materialisme yang
menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu yang
menggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu
pencetusnya ialah Democritus (460 – 370 SM). Adapun bagi mereka yang mencoba
mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masih saling
bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik
melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala
kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik
yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata
berbeda halnya dengan telah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua
tafsiran tang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni faham monoistik dan
dualistic. Sudah merupakan aksioma bahwa proses berfikir manusia menghasilkan
pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik
mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat. Keduanya
(pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan
namun mempunyai substansi yang sama. Perndapat ini ditolak oleh kaum yang
menganut paham dualistic. Dalam metafisika, penafsiran dualistic membedakan
antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara subtsansif.
Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh fikiran adalah bersifat
mental. Maka yang bersifat nyata adalah fikiran, sebab dengan berfikirlah maka
sesuatu itu lantas ada.
Metafisika
merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran dan
hakikat kaitan zat dengan pikiran.
Bebrapa
tafsiran maetafisika dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa
pendapat mengenai tafsiran metafisika.
Objek
metafisika menurut aristoteles ada dua yaktni: ada sebagai yang ada dan ada
sebagai yang illahi
Metafisika
terbagi menjadi dua jenis, pertama metafisika generalis yakni ilmu yang
membahas mengenai yang ada atau pengada atau yang lebih di kenal sebagai
ontology, dan kedua metafisia spesialis yang terbagi menjadi tiga bagian besar:
1)
Antropologi yaitu ilmu yang menelaah mengenai hakikat manusia, tentang diri dan
kedirian, tentang hubungan jiwa dan raga.
2)
kosmologi yaitu ilmu yang membahas tentang asal-usul alam semesta dan hakikat
sebenarnya.
3)
teologi yaitu ilmu yang membahas mengenai tuhan secara rasional.
sumbangan
metafisika terhadap ilmu pengetahuan tidak dapat disangkal lagi adalah pada
fundamental ontologisnya, sumbangan metafisika pada ilmu pengetahuan adalah
persinggungan antara metafisika/ontology dengan epistimologi. dalam metafisika
yagn meplertanyakan apakah hakikat terdalam dari kenyataan? yagn diantaranya
dijawab bahwa hakikat terdaam dari kenyataan adalah materi, maka munculah paham
materialism.
Manfaat
Metafisika bagi Pengembangan Ilmu :
1.
Kontribusi metafisika terletak pada awal terbentuknya paradigm ilmiah, ketika
kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka ia harus dipasok
dari luar, antara lain : metafisika, sains yang lain, kejadian personal dan
historis. (Kuhn)
2.
Metafisiuka mengajarkan cara berfikir yang serius, terutama dalam menjawab
promlem yang bersifat enigmatif (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa
ingin tahu yang mendalam.(Kennick)
3.
Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu
terbuka untuk temuan dan kreativitas baru.(Kuhn)
4.
Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream seperti :
Monisme, Dualisme, Pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa
lahirnya percabangan ilmu (Kennick)
5.
Metafisika menuntut orisinalitas berfikir, karena setiap metafisikus
menyodorkan cara berfikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminology
filsafat yang khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk pengembangan ilmu
dalamrangka menerapkan heuristika.(Van Peursen)
6.
Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama
(First Principle) sebagai kebenaran yang paling akhir. Kepastian ilmiah dalam
metode skeptic Descartes hanya dapat diperoleh jika kita menggunakan metode
deduksi yang bertitik tolak dari premis yang paling kuat (Cogito ergo sum)
Skeptis-Metodis Rene Descartes
7.
Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir pengada, artinya manusia memiliki
kebebasan untuk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggungjawab bagi diri,
sesama, dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di satu pihak dan tanggungjawab
di pihak lain merupakan sebuah kontribusi penting bagi pengembangan ilmu yang
sarat dengan nilai (not value-free). (Bakker)
8.
Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada yang
satu dengan pengada yang lain. Aplikasi dalam ilmu berupa komunikasi antar
ilmuwan mutlak dibutuhkan, tidak hanya antar ilmuwan sejenis, tetepi juga antar
disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas keilmuwan.(Bakker)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar