Las Berdasarkan Panas Tenaga Listrik
1. SMAW (Shielded Metal Arc Welding) = las busur nyala 1istrik terlindung adalah pengelasan dengan
menpergunakan busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair logam. Jenis las ini yang paling banyak dipakai
dimana-mana untuk hampir semua pengelasan. Untuk keselamatan kerja, maka
tegangan yang dipakai hanya 17 - 45 volt saja, sedang untuk pencairan logam
digunakan arus listrik hingga 500 amper. Secara umum berkisar antara 80-200
amper. Untuk mencegah oksidasi (reaksi dengan zat asam C02) bahan pengisi las
(elektroda) dilindungi dengari lapisan zat pelindung (fluks atau slag). Selama
proses pengelasan bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektroda mencair dan membentuk terak
yang kemudian menutupi logam cair yang terkumpul ditempat sambungan dan bekerja
sebagal penghalang oksidai. Oksidasi dicegah karena oksidasi metal merupakan
senyawa yang tidak mempunyai kekuatan mekanis.
2. SAW (Submerged Arc Welding) = Las Busur Terbenam
adalah pengelasan dengan busur nyala listnik. Untuk mencegah oksidasi cairan
metal dan metal tambahan/logam pengisi, dipergunakan fluks/slag dalam bentuk
butir-butir kecil seperti pasir, sehingga busur nyala listnik terbenam dalam
urugan butir-butir tersebut. Karena panas busur nyala, butir-butir fluks
mencair dan mengapung di atas cairan
metal guna menghindari
oksidasi. Jenis las ini menggunakan
elektroda-elektroda gulungan dan proses
pengelasannya dapat dilaksanakan secara otomatis atan seini otomatis dan
digunakan untuk jalur las yang besar dan panjang. Kelemahan dan las ini adalah
bahwa pengelasan hanya dapat dilakukan pada posisi datar/dibawah tangan. Untuk
posisi lain fluks akan jatuh berhamburan sebelum berfungsi.
3. ESW (Elektroslag Welding)
= Pengelasan Busur Terhenti. Pengelasan
ini sejenis dengan SAW. Perbedaannya adalah begitu busur nyala mencairkan
fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluks berjalan terus dan menjadi
bahan penghantar arus listrik (konduktif), sehingga elektroda terhubungkan
dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik melalui cairan fluks/slag ini cukup
tinggi sehingga dapat mencairkan bahan tambah dan logam dasar yang dilas.
Temperatur di dalam kolam/kubangan las mencapal 3.5000F atau
1.925ÂșC. Cairan slag mengapung di atas cairan metal dan pelan-pelan mendingin
dan memadat. Pada pengelasan ini volume slag dan cairan las sangat besar,
sehingga jenis pengelasan ini hanya dipakai untuk pengelasan datar (flat) saja.
Bahan-bahan yang akan dilas diberi jarak/gap antara 1 hingga 1,5 in. Pada awal
dan akhir pengelasan dipasang suatu penampung untuk memberikan waktu yang cukup
bagi fluks untuk mencair cukup banyak dan menciptakan suatu cairan slag yang
konduktif.
4. Stud Welding = Las Baut Pandasi. Pada las ini elektroda berfungsi sebagai bahan
yang akan dipasang/disambungkan pada bagian lain. Misalnya dalam bentuk baut
yang akan disambungkan/dipasang pada badan kapal. Baut/stud terpasang pada
benda utama melalui tiga tahap: setting posisi, pencairan ujung stud dan benda
utama oleh busur nyala dan penekanan stud pada benda utama sesaat setelah busur
nyala dimatikan. Pengelasan dilaksanakan dengan rnempergunakan tang las khusus.Sebelum dilas sernua bahan harus bersih dari
karat, cat, minyak/gemuk dan lain-lain. Sewaktu pengelasan tang las (Welding Gun) harus dijaga pada posisi tetap
hingga jalur las mendingin. Ujung stud harus benar-benar melekat pada dasar
stud. Dasar stud harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum fillet weld
(las sudut) dilaksana kan.
5. ERW (Electric
Resistance Weld) = Las Tahanan Listrik.
Dengan tahanan yang besar, panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi sedemikian tingginya sehingga dengan cepat dapat mencairkan logam yang akan dilas. Las tahanan ini prosesnya jauh lebih cepat dan hasilnyapun jauh lebih baik karena permukaan sambungan tetap rata jika dibandingkan dengan sambungan keling sehingga las tahanan ini menggeser pemakaian paku keling untuk penyambungan pelat-pelat yang tipis. Pada awalnya las tahanan ini hanya menggunakan elektroda diam yang menghasilkan lasan berbentuk titik. Tetapi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka diciptakanlah las tahanan dengan elektroda menggelinding dan menghasilkan lasan garis (seam).
Untuk memenuhi kebutuhan dikembangkan berbagai bentuk las tahanan listrik yang meliputi antara lajan: las titik, las interval, las seam (garis) dan proyeksi. Empat macam las tersebut dalam prosesnya menerapkan panas (tahanan listrik) dan tekanan. Elektroda berfungsi sebagai penyalur arus dan penekanan benda kerja berbentuk plat. Untuk benda berbentuk batangan dipakai las upset, flash dan las percusion. Las upset merupakan las tahanan yang pertama, benda kerja ditekan satu sama lain sejak sebelum sampai sesudah arus dialirkan. Pada las flash, benda keria didekatkan sesaat sesudah arus dialirkan sehingga timbul busur nyala sesaat (flash) dan diteruskan dengan penekanan samapai selesai. Pada las percusion digunakan condensator listrik. Tekanan diterapkan sesaat sesudah arus listrik dihentikan (Alip, 1989:7).
6. EBW (Electron Beam Welding/Electron Bombardment Welding = Las Pemboman Elektron. EBW adalah suatu pengelasan
yang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas
loncatan elektron yang dikonsentrasikan ataudimampatkan dan
diarahkan/ditembakkan ke benda yang dilas. Pengelasan dilaksanakan di dalam
ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan oksidasi atau kontaniinasi dengan
zat kiinia lainnya. Panas yang terjadi lebih besar dari busur listrik. Proses pengelasan
berlangsung lebih cepat sehingga sangat cocok untuk produksi masal. Daerah
panas menjadi lebih sempit sehingga sangat cocok untuk bahan yang sensitif
terhadap perubahan panas. Kwalitas lasan sangat baik dan akurasi sangat tinggi,
hanya saja peralatannya sangat mahal. Oleh karena itu tidak banyak dijumpai di
industri biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar